Selasa, 17 Juni 2014

Menghitung harga pokok penjualan untuk perusahaan manufaktur menjadi sedikit lebih rumit, jika dibandingkan dengan perusahaan dagang, karena adanya “persediaan bahan baku” (raw materials) yang diolah menjadi “persediaan barang dalam proses” (work in process—biasanya disingkat WIP), lalu barang jadi (finished goods—biasa disingkat FG).
Proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang dalam proses lalu barang jadi menimbulkan cost-cost lain, diantaranya: “biaya tenaga kerja langsung” (labor cost) dan “overhead produksi” (production overhead).
Secara garis besar alur proses produksi adalah sbb:
Bahan Baku (raw materials) dikeluarkan dari gudang ==> Bahan baku diolah menjadi barang dalam proses (work in process) ==> Barang dalam proses diolah lagi menjadi barang jadi (finished goods).
Nah, perhitungan harga pokok penjualan mengikuti alur produksi di atas. Berikut adalah bagan alur perhitungan yang saya buat sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami:
Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan

Penjelasan:
Dari bagan di atas jelas terlihat bahwa, alur penghitungan “Harga Pokok Penjualan” perusahaan manufaktur melalui 4 tahapan, mengikuti alur produksi, yang terdiri dari:
  • Tahap-1. Perhitungan “Bahan Baku Yang Digunakan”
  • Tahap-2. Perhitungan “Total Biaya Produksi”
  • Tahap-3. Perhitungan “Harga Pokok Produksi”
  • Tahap-4. Pergitungan “Harga Pokok Penjualan”
Berikut adalah penjelasan lebih rincinya:

Tahap-1. Perhitungan BAHAN BAKU YANG DIGUNAKAN:
Saldo Awal Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku di awal periode yang dihitung (awal bulan untuk bulanan dan awal tahun untuk tahunan). Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan per jenis bahan baku bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) dan kartu stock. Cakupan “bahan baku” dalam hal ini termasuk: bahan penolong/pembantu/apapun namanya.
Pembelian Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “pembelian bahan baku” dalam hal ini adalah total pembelian bahan baku (termasuk bahan penolong) NETO selama periode yang dihitung. Misalnya: “Perhitungan HPP untuk bulan Juni 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 s/d 30 Juni 2012. Jika “Perhitungan HPP untuk Tahun 2012”, berarti total pembelian bahan baku dari 1 Januari s/d 31 Desember 2012. Bisa dilihat di buku besar persediaan. Dan “NETO” dalam hal ini artinya: sudah memperhitungkan pengurangan dan penambahan akibat adanya discount, rabat, dan retur.
Saldo Akhir Persediaan Bahan Baku – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan bahan baku” adalah total nilai persediaan bahan baku (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian.
Bahan Baku yang Digunakan – Yang dimaksud dengan “bahan baku yang digunakan” dalam hal ini adalah total bahan baku yang diolah (diproduksi) untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Angka ini (Rp 67,000 dalam contoh) diperoleh dengan menggunakan formula perhitungan seperti yang terlihat pada bagan: saldo awal persediaan bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir persediaan bahan.

Tahap-2. Perhitungan TOTAL BIAYA PRODUKSI
Bahan Baku yang Digunakan – Ini pindahan dari perhitungan tahap-1
Biaya Tenaga Kerja Langsung – Yang dimaksud dengan “biaya tenaga kerja langsung” adalah total upah karyawan/buruh yang pekerjaannya berimplikasi langsung terhadap volume output produk yang dihasilkan. Angkanya bisa dilihat dari daftar pembayaran gaji untuk karyawan yang masuk dalam kelompok “tenaga kerja langsung”. Yang masuk dalam kelompok tenaga kerja langsung adalah pegawai yang dibayar berdasarkan jumlah jam kerja (yang ada rate per jamnya) atau berdasarkan volume pekejaan yang diselesaikan (biasa disebut borongan). Sedangkan pegawai bagian produksi di luar kriteria itu, tidak ikut dihitung.
Overhead Produksi – Overhead ini sering menjadi sumber kebingungan dan simpang-siur. Begini saja, yang dimaksud dengan “overhead produksi” adalah segala biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksi SELAIN bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (lihat bahan penjelasan mengenai bahan baku di tahap-1). Termasuk dalam kelompok ini adalah biaya yang timbul dari aktivitas packaging, pengiriman barang, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya pemeliharaan gedung pabrik dan gudang, penyusutan mesin dan peralatan, penyusutan gedung pabrik dan gudang.
Total Biaya Produksi – Yang dimaksud dengan “total biaya produksi” dalam hal ini adalah semua biaya yang timbul akibat aktivitas produksi yang berlangsung selama periode yang dihitung—termasuk bahan baku yang digunakan (itu sebabnya mengapa “biaya bahan baku yang digunakan” dari perhitungan tahap-1 diikutsertakan) ditambah biaya tenaga kerja langsung dan overhead produksi.
Note: Sampai pada tahap ini, perhitungan telah mencerminkan segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi selama periode yang dihitung, TETAPI belum mengikutsertakan penggunaan “persediaan barang dalam proses” yang merupakan SISA (saldo akhir) periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai pada tahap-2 ini disebut “Biaya produksi” saja—BELUM disebut Harga Pokok Produksi. Lanjut ke tahap-3…

Tahap-3. Perhitungan HARGA POKOK PRODUKSI
Total Biaya Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-2 (baca note di tahap-1)
Saldo Awal Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per item/jenis barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) persediaan barang dalam proses.
Saldo Akhir Persediaan Barang Dalam Proses – Yang dimaksud dengan “saldo akhir persediaan barang dalam proses” adalah total nilai persediaan barang dalam proses (yang tersisa) pada akhir periode yang dihitung—setelah dilakukan penghitungan fisik dan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Harga Pokok Produksi – Yang dimaksud denga “harga pokok produksi” adalah segala biaya/cost yang timbul dari aktivitas produksi pada masa yang dihitung (itu sebabnya mengapa total biaya produksi dari hasil perhitungan tahap-2 diikutsertakan) ditambah dengan saldo awal persediaan barang dalam proses, lalu dikurangi saldo akhirnya.
Note: Ketiga tahap (dari tahap-1 s/d tahap-3) ini sudah mewakili semua biaya/cost yang timbul dari aktivitas suatu proses manufaktur (pabrikan). Dengan kata lain, mencerminkan semua biaya/cost yang timbul akibat proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang yang siap untuk dijual. Kasarannya, angka ini mewakili nilai persediaan barang jadi yang berhasil dibuat selama periode yang dihitung. TETAPI belum mengikutsertakan penggunaan persediaan barang jadi SISA dari periode sebelumnya. Itu sebabnya mengapa hasil perhitungan sampai tahap-3 ini disebut “Harga Pokok Produksi” saja—BELUM disebut Harga Pokok Penjualan. (Untuk menentukan HARGA POKOK PRODUKSI SATUAN, perhitungan dibuat ditahap ini dengan cara membagi total nilai harga pokok produksi dengan jumlah output produk yang dihasilkan selama periode tersebut, dibuat per jenis/item produk.)

Tahap-4. Pergitungan HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)
Harga Pokok Produksi – Ini pindahan dari perhitungan tahap-3 (baca note di tahap-3)
Saldo Awal Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo awal persediaan barang jadi” adalah total nilai persediaa barang jadi di awal periode yang dihitung. Saldo awal periode yang dihitung sama dengan saldo akhir periode sebelumnya yang secara global bisa dilihat di Neraca, sedangkan rincian per jenis/item barang bisa dilihat di buku persediaan (inventory ledger) barang jadi dan kartu stock.
Barang Tersedia Untuk Dijual – Yang dimaksud dengan “barang tersedia untuk dijual” adalah total nilai persediaan barang jadi—yaitu: barang jadi yang dihasilkan selama periode yang dihitung ditambah dengan saldo awal persediaan barang jadi (alias sisa barang jadi dari periode sebelumnya)—yang tersedia atau siap untuk dijual.
Saldo Akhir Persediaan Barang Jadi – Yang dimaksud dengan “saldo akhir barang jadi” adalah nilai persediaan barang jadi (yang tersisa) di akhir periode yang dihitung—tentunya setelah melalui penghitungan fisik dan rekonsiliasi (antara fisik barang dan catatan), serta adjustments yang diperlukan telah dimasukan.
Harga Pokok Penjualan (HPP) – Inilah hasil (angka) yang diperoleh diujung alur proses—setelah melalui empat tahap penghitungan—untuk menentukan harga pokok penjualan perusahaan manufaktur.
Kembali ke pertanyaan yang sering saya ajukan dalam test penerimaan staf accounting. Jawaban mereka, bervariasi. Tentu saja ada yang benar dan ada yang salah. Tak sedikit juga jawaban yang membuat saya tersenyum kecut—prihatin persisnya.
Bagaimana tidak prihatin, suatu ketika, seorang kandidat yang melamar posisi cost accountant tidak tahu caranya menghitung harga pokok penjualan—padahal perhitungan harga pokok penjualan adalah fundamentalnya akuntansi biaya (cost accounting).
Yang lebih memperihatinkan lagi, salah seorang kandidat yang melamar posisi chief accountant dengan penuh percaya diri bertanya:
Apakah perusahaan bapak menerapkan sistim persediaan periodik?
Saya jawab, ‘Tidak. Kami menerapkan sistim perpetual
Oh. Kalau begitu tidak perlu menghitung HPP, pak. Kan sudah dijurnal saat terjadi penjualan,” dia menyampaikan pandangannya.
Betul. Dalam sistim persediaan perpetual, harga pokok penjualan diakui saat barang laku terjual. Tetapi saya tidak terlalu yakin jika dia benar-benar memahami konsep harga pokok penjualan dengan baik. Untuk itu saya meminta dia membuat satu contoh.
Misalnya, Pak. Terjadi penjualan barang persediaan maka dijurnal:
[Debit]. Piutang Dagang
[Kredit]. Penjualan
Dan;
[Debit]. Harga Pokok Penjualan
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi
Jurnalnya sudah benar. Lalu saya minta dia mengisikan angka di masing-masing jurnalnya. Dan, dia memasukan angka (saya tidak ingat persisnya), tetapi kurang-lebih sbb:
[Debit]. Piutang Dagang = Rp 20
[Kredit]. Penjualan = Rp 20
Dan;
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 15
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 15
Saya bertanya lagi, “Mengapa kalau penjualannya Rp 20 trus HPP-nya jadi Rp 15? Apakah boleh jika angka 15 itu saya ganti dengan angka 5 atau 1,000,000 atau angka apa saja yang saya suka?
Melihat dia cuma diam dan nampak bingung, saya ganti pertanyaanya dengan ekspresi yang lebih tegas, “Saat anda membuat jurnal transkasi penjualan, dari mana anda tahu harga pokok penjualan sebesar angka yang anda masukan dalam jurnal?
Biasanya sudah ada di system, pak,” dia menjawab dengan jujur.
Mendapat jawaban seperti itu, lalu saya mendesak dia dengan pertanyaan, “Dan, anda PERCAYA dengan angka yang di sistem itu?
Kan sudah dihitung oleh cost accountant, pak. Bukan tanggungjawab saya.”
Dari sana saya mengambil kesimpulan bahwa kandidat tidak sungguh-sungguh memahami teknis perhitungan harga pokok penjualan. Dan dia bukan orang yang tepat untuk berada dalam team saya. Yang mungkin luput dari pertimbangannya adalah: seorang cost accountant berada di bawah tanggungjawabnya—sebagai seorang chief accountant.
Lepas dari itu semua, khususnya chief accountant, harus bisa menjamin akurasi setiap digit angka yang tersaji dalam laporan keuangan—termasuk harga pokok penjualan yang “muncul di system.” Nah, jika darimana datangnya (teknis perhitungannya) saja tidak tahu, bagaimana bisa menjamin angka yang dihasilkan sudah akurat atau belum.
Mengenai angka harga pokok penjualan satuan yang suda ada di sistem (software) akuntansi perusahaan, TIDAK muncul begitu saja, melainkan melalui perhitungan teknis—entah itu dilakukan secara manual (lalu diinput ke sistem) atau melalui proses otomatisasi dengan menggunakan variable-variable data yang dimasukan saat proses produksi berlangsung.
Pada perushaan-perusahaan yang menerapkan “standard costing, perhitungan harga pokok penjualan biasanya diotomatisasi dengan menggunakan input data yang dimasukan pada saat suatu product (barang) dirancang di bagian Research and Development. Unit cost (harga pokok satuan) suatu produk terdiri dari berbagai element cost (yang sudah distandarisasi) yang kemudian membentuk apa yang disebut dengan ‘Bill of Materials” (BOM). Bagimanapun juga, tetap melalui alur pehitungan yang menggunakan konsep dasar harga pokok penjualan.
Yang ingin saya sampaikan (melalui ilustrasi kasus di atas) adalah:
“Mampu menghitung harga pokok penjualan adalah wajib bagi seorang akuntan—terlepas apakah dia seorang cost accountant atau bukan.”
Bahkan seorang auditor—yang nota benanya lebih banyak menggeluti akuntansi keuangan (dibandingkan akuntantansi biaya/akuntansi manajemen)—pun wajib tahu. Tidak menutup kemungkinan, seorang auditor perlu menguji akurasi angka-angka yang ada di Laporan Laba Rugi yang pastinya mengandung harga pokok penjualan.
Melalui tulisan ini saya ingin share cara mudah menghitung harga pokok penjualan, sekaligus alurnya. Jika tertarik, silahkan ikuti sampai selesai.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan Sederhana

Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang paling sederhana adalah sbb:
Saldo Awal Persediaan + Pembelian (atau penambahan persediaan) – Saldo Akhir Persediaan = Harga Pokok Penjualan
Perhitungan sederhana itu bisa diterapkan pada jenis perusahaan dagang yang jenis persediaannya hanya berupa barang jadi—yang dibeli dari pemasok. Misalnya:
Data persediaan UD. JAK (pedagang eceran beras) untuk tahun 2012 adalah sbb:
Saldo awal persediaan = Rp 5,000,000
Pembelian beras dari 1 Januari s/d 31 Desember 2012 = Rp 85,000,000
Saldo Akhir Persediaan per 31 Desember 2012 = Rp 3,000,000
Harga Pokok Penjualan 2012 = 5,000,000 + 85,000,000 – 3,000,000
Harga Pokok Penjualan 2012 = 87,000,000
Itu perhitungan harga pokok penjualan beras pada perusahan dagang beras. Perhitungan menjadi agak rumit untuk perusahan manufaktur—yang barang persediaannya dibuat sendiri (baik itu sebagian atau keseluruhan).
Akuntansi Manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Berbeda dengan Informasi Akuntansi keuangan, Informasi Akuntansi manajemen adalah:
  • Dirancang dan dimaksukan untuk digunakan oleh pihak manajemen dalam organisasi sedangkan informasi Akuntansi keuangan dimaksudkan dan dirancang untuk pihak eksternal seperti kreditur dan para pemegang saham;
  • Biasanya rahasia dan digunakan oleh pihak manajemen dan bukan untuk laporan publik;
  • memandang ke depan, bukan sejarah;
  • Dihitung dengan mengacu pada kebutuhan manajer, sering menggunakan sistem informasi manajemen, bukan mengacu pada standar akuntansi keuangan.
Hal ini disebabkan karena penekanan yang berbeda: informasi akuntansi manajemen digunakan dalam sebuah organisasi, biasanya untuk pengambilan keputusan.

Definisi

Menurut Chartered Institute of Management Accountants (CIMA), akuntansi manajemen adalah "proses identifikasi, pengukuran, akumulasi, analisis, penyusunan, interpretasi, dan komunikasi informasi yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan pengendalian dalam suatu entitas dan untuk memastikan sesuai dan akuntabilitas penggunaan sumber daya tersebut. Akuntansi manajemen juga meliputi penyusunan laporan keuangan untuk kelompok non-manajemen seperti pemegang saham, kreditur, badan pengatur dan otoritas pajak "(Istilah resmi CIMA).
The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan bahwa akuntansi manajemen sebagai praktik meluas ke tiga bidang berikut:
  • Manajemen Strategi - Memajukan peran akuntan manajemen sebagai mitra strategis dalam organisasi.
  • Manajemen Kinerja - Mengembangkan praktik pengambilan keputusan bisnis dan mengelola kinerja organisasi.
  • Manajemen Risiko - Berkontribusi untuk membuat kerangka kerja dan praktik untuk mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan melaporkan risiko untuk mencapai tujuan organisasi.
Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) menyatakan bahwa "Seorang akuntan manajemen harus mampu menerapkan pengetahuan profesional dan keterampilannya dalam penyusunan dan penyajian informasi keputusan keuangan dan lainnya yang berorientasi sedemikian rupa untuk dapat membantu manajemen dalam merumusakan kebijakan, perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pengoperasian. "Akuntan manajemen oleh karena itu dilihat sebagai "pencipta nilai" antara akuntan. Mereka jauh lebih tertarik melihat ke depan dan mengambil keputusan yang akan memengaruhi masa depan organisasi, daripada rekaman sejarah dan kepatuhan (menjaga nilai) aspek profesi. Pengetahuan dan pengalaman akuntansi manajemen dapat diperoleh dari berbagai bidang dan fungsi dalam suatu organisasi seperti manajemen informasi, perbendaharaan, audit efisiensi, pemasaran, penilaian, penetapan harga, logistik, dan lainnya.

Tradisional vs praktik inovatif

Pada akhir 1980-an, praktisi akuntansi dan para pendidik dikecam keras dengan alasan bahwa praktik akuntansi manajemen (dan, bahkan lebih dari itu, kurikulum yang diajarkan untuk mahasiswa akuntansi) hanya mengalami sedikit perubahan dibandingkan 60 tahun sebelumnya, meskipun telah terjadi perubahan radikal dalam lingkungan bisnis. Lembaga akuntansi profesional, mungkin takut bahwa akuntan manajemen akan semakin dilihat sebagai suatu yang tidak berguna dalam organisasi bisnis, sehingga kemudian dapat mencurahkan sumber daya untuk pengembangan keterampilan yang lebih inovatif ditetapkan untuk akuntan manajemen.
Perbedaan antara dan praktik akuntansi 'tradisional' dan 'inovatif' dapat diilustrasikan dengan mengacu pada teknik pengendalian biaya. Akuntansi biaya adalah metode sentral dalam akuntansi manajemen, dan secara tradisional, teknik utama akuntan manajemen adalah analisis varians, yang merupakan pendekatan sistematis untuk perbandingan biaya aktual dan dianggarkan dari bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama periode produksi.
Sementara beberapa bentuk analisis varians masih digunakan oleh paling banyak perusahaan manufaktur, maka saat ini cenderung digunakan dalam hubungannya dengan teknik inovatif seperti analisis biaya siklus hidup dan kegiatan berbasis biaya, yang dirancang dengan aspek-aspek spesifik dari lingkungan bisnis modern yang perlu diketahui. Siklus hidup biaya mengakui bahwa kemampuan manajer untuk mempengaruhi biaya manufaktur suatu produk paling besar ketika produk masih pada tahap desain produk siklus hidup (yaitu, sebelum desain tersebut telah rampung dan produksi dimulai), karena perubahan kecil dengan desain produk dapat menyebabkan penghematan yang signifikan dalam biaya manufaktur produk. Biaya berdasarkan aktivitas (ABC) mengakui bahwa, di pabrik-pabrik modern, biaya manufaktur ditentukan oleh jumlah 'kegiatan' (misalnya, jumlah produksi berjalan per bulan, dan jumlah peralatan produksi waktu idle) dan bahwa kunci untuk pengendalian biaya yang efektif karena itu mengoptimalkan efisiensi dari kegiatan ini. Kegiatan berbasis akuntansi juga dikenal sebagai Penyebab dan Efek akuntansi.

Peran dalam korporasi

Konsisten dengan peran lain dalam korporasi saat ini, akuntan manajemen memiliki hubungan pelaporan ganda. Sebagai mitra strategis dan penyedia keputusan berdasarkan informasi keuangan dan operasional, akuntan manajemen bertanggung jawab untuk mengelola tim bisnis dan pada saat yang sama harus menyediakan semua hubungan antar laporan dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan keuangan korporasi.
Kegiatan akuntan manajemen memberikan informasi bisnis termasuk peramalan dan perencanaan, melakukan analisis varians, mengkaji dan memantau biaya yang melekat dalam bisnis adalah orang yang memiliki akuntabilitas ganda untuk kedua tim keuangan dan bisnis.
Persiapan Outbound
1. Peserta Outbound
Apakah peserta anda anak Sekolah Dasar? pelajar atau mahasiswa? karyawan pabrik? organisasi atau klub? .. Berapa rentang usia peserta anda? ..Apakah jabatan atau posisi peserta yang akan mengikuti program outbound ini?
Mengapa profile peserta menjadi penting? karena latar belakang mempengaruhi watak dan perilaku peserta, dan hal ini tidak bisa diabaikan oleh penyedia jasa pelatihan outbound.
2. Tempat Outbound
Sebelumnya, anda pun harus menentukan kira kira dimana tempat yang akan anda gunakan untuk Lokasi outbound ini, apakah di alam bebas seperti di pegunungan, di tepi pantai, atau cukup di halaman yang luas seperti di kebun?
Sejatinya, Lokasi outbound dilaksanakan di tempat yang memiliki akses ke alam terbuka atau minimal di lokasi yang memiliki area yang luas untuk beraktifitas bebas.
3. Tema Outbound
Bila anda ingin pelatihan outbound training ini sukses, maka anda harus mengetahui tujuan yang ingin diraih oleh tim anda dalam pelaksanaan outbound, penyedia jasa outbound training TIDAK MENGETAHUI apa yang ingin anda capai, andalah yang harus merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok atau organisasi anda.
Namun demikian tersedia tema tema umum (Game outbound) yang selalu menjadi isu hangat dalam organisasi atau kelompok, biasanya penyedia jasa outbound sudah memahami hal ini mulai dari A sampai Z , terkadang penyedia jasa outbound yang kreatif selalu menyisipkan isu atau hal baru ke dalam training yang mereka selenggarakan sehingga program outbound training ini terasa “baru” dan selalu menyenangkan ..
4. Jasa Outbound
Nah, penyedia jasa outbound Operator ini sangat berperan dalam sebuah pelatihan. Boleh dikata, anda TIDAK MELAKUKAN OUTBOUND TRAINING bila anda hanya datang ke suatu tempat yang menyediakan fasilitas outbound seperti paint ball, flying fox, spider web dan lain-lain ,namun anda tidak di dampingi atau dipandu oleh instruktur ahli yang memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang pengembangan sumber daya manusia.
Semua orang bisa menjadi instruktur outbound, apalagi yang berlatar belakang pencinta alam. namun, itu saja tidak cukup. perlu ada ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang mendalam mengenai aspek organisasi dan manajemen, ekonomi, sekaligus psikologi dan hal ini tidak akan anda dapatkan bila anda hanya “membeli tiket masuk” lalu sekedar “bermain-main” di alam terbuka saja.
Kesalahpahaman ini yang seringkali muncul dan mengabaikan definisi pelatihan outbound. Kita, sebagai masyarakat awam, juga menjadi buruk sangka dengan penyedia pelatihan outbound yang menyelenggarakan paket outbound dengan biaya yang (terkesan) mahal ..padahal, bila kita paham, tentunya harga yang ditawarkan sangat sepadan dengan pelatihan outbound training dan hasil yang dilaksanakan.
Alat-Alat Outbound
Siapa yang membutuhkan informasi tentang Alat-Alat Outbound adalah orang yang ingin tahu lebih detail tentang Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound. Informasi tentang Alat-Alat Outbound merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dipelajari lebih jauh.
Dalam beberapa kasus, informasi tentang Alat-Alat Outbound memang sangat mendesak untuk diketahui terutama dengan semakin banyaknya kebutuhan hidup dan perkembangan jaman yang begitu pesat. Perlunya mengetahui Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound terkadang akan menjadi kebutuhan utama jika kondisi memang mengharuskan demikian.
Selain itu semakin banyaknya pelaku bisnis yang mengambil lahan Alat-Alat Outbound sebagai obyek bisnisnya, menjadikan pengetahuan akanInformasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound akan sangat berguna bagi anda yang tertarik mendapatkan penghasilan di bidang Alat-Alat Outbound.
Janganlah anda anggap remeh informasi tentang Alat-Alat Outbound karena Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound sebenarnya adalah pengetahuan yang sangat berharga. Kita tidak tahu kapan akan membutuhkan sebuah pengetahuan saat ada kejadian yang mendesak seperti pengetahuan akan Alat-Alat Outbound atau Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound.
Jika anda membutuhkan informasi tentang Alat-Alat Outbound silahkan anda cari di mesin pencari Google. Silahkan masukkan kata kunci yang berhubungan dengan Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound untuk memudahkan proses pencarian di mesin pencari tersebut. Jika teman tentang Alat-Alat Outbound atau Informasi tentang tempat-tempat penjualan serta harga dari alat-alat outbound tidak berhasil anda temukan di Google, anda bisa mencarinya di Yahoo atau Bing, karena biasanya beda mesin pencari akan berbeda hasilnya.
JANGAN SALAH MEMILIH LOKASI OUTDOOR DAN OUTBOUND TRAINING JANGAN SALAH PILIH
Akhir-akhir ini banyak bermunculan operator outbound di seluruh penjuru tanah air, baik dari kalangan komunitas pencinta alam maupun dari praktisi bisnis yang sengaja membuka peluang bisnis ini. Berbicara mengenai motivasi…siapa yang tau? Artikel saya kali ini tidak akan mengupas tentang pertanyaan tersebut diatas, tetapi jika ada komentator yang menginginkan saya mengupas tuntas tentang pertanyaan tadi, mungkin saya akan segera mengungkapkannya, kita liat saja nanti.
Sungguh sangat memprihatinkan kondisi yang tengah terjadi di kancah bisnis training outdour ini, betapa tidak ? Ternyata, Safety procedure adalah wacana yang paling utama untuk disepelekan didalam penyelenggaraan jenis training outdoor ini. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan pengalaman yang minim, bayangkan saja dengan bermodalkan pengetahuan yang baru-baru saja didapat di tambah pengalaman pernah mengikuti pelatihan outdoor ini juga browsing internet atau membeli buku kecil yang sudah banyak beredar mengenai jenis-jenis permainan outbound orang berani-beraninya membuka jasa training outdoor ini.
Oleh sebab itu, perusahaan yang berencana untuk melatih karyawannya dengan menggunakan bentuk training outdoor dengan menggunakan unsur-unsur alam bebas ini harus berperan sebagai “rem” dari operator-operator yang sesungguhnya membahayakan dirinya sendiri ini, yaitu dengan cara menjalankan beberapa tips dan trik sebelum menentukan operator outbound.
Safety procedure adalah hal mutlak yang harus mendasari bentuk training outdoor ini diselenggarakan. Tanyakan sedetil mungkin bagaimana proses demi proses berlangsung, dengan cara membesarkan volume intuisi Anda, sehingga diharapkan Anda bisa melihat “hal-hal aneh” yang mungkin terjadi seputar keselamatan karyawan Anda.
Jangan mudah tergiur oleh penawaran tempat dan fasilitas inap yang mewah, karena secara tidak langsung proses pembentukan karakter individu dan tim dalam rangkaian pelatihan ini tidak akan optimal. Karena salah satu kunci keberhasilan Training outdoor ini adalah membawa keluar para peserta dari lingkaran fasilitas yang nyaman.
Selalu fokus pada tujuan yang ingin dicapai didalam proses training outdoor ini, perhatikan bagaimana cara operator outbound menjawab untuk memperolehnya. Apabila operator outbound selalu terpaku pada jenis permainan, fasilitas apalagi harga. Saran saya, lupakan operator ini. Tetapi pilihlah operator outbound yang selalu concern pada sejarah keretakan atau ketidak harmonisan didalam tubuh perusahaan baik yang diakibatkan oleh perorangan maupun kelompok atau departemen tertentu, karena karakter operator yang seperti ini merasakan pentingnya sejarah tersebut untuk membuat sebuah alur dan tekanan-tekanan selama training outdoor berlangsung.
Operator outbound yang baik akan selalu memberikan pre and post test kepada karyawan yang mengikuti pelatihan. Hal ini sangat berguna sebagai indicator keberhasilan penyampaian materi selama mengikuti training outdoor.
Mintalah rundown acara yang akan diselenggarakan, dan pastikan setiap proses pelatihan berlangsung selalu ada orang yang bertanggung jawab (person in charge), sehingga jika terjadi kondisi urgent/emergency segera mengetahui orang yang dimintai pertanggung jawaban.
Saat presentasi, mintalah simulasi permainan yang sederhana dan pastikan sang simulator menggunakan metode brief – activity – debrief yang baik dan benar. Yaitu, kemampuan berbicara yang mampu menyampaikan bahasa secara lugas dan jelas tentang suatu permainan tertentu.
Pengetahuan teori dan praktek tentang jasa training outdoor ini begitu mudahnya disimulasikan dalam bentuk-bentuk permainan dengan menggunakan unsur-unsur alam bebas (bukit, sungai, pohon, dsb) dari yang sederhana sampai dengan yang rumit, dari yang menggunakan alat-alat bantu sederhana sampai dengan yang berat, dari resiko yang rendah atau low risk sampai dengan resiko tingkat tinggi (high risk) dan dari pengaruh yang berdampak rendah atau low impact sampai dengan pengaruh yang berdampak luar biasa atau high impact. Tetapi hal tersulit adalah memberikan penanaman-penanaman dalam kurun waktu cukup lama yang sungguh berari dirasakan oleh karyawan baik secara individu ataupun kelompok ketika kembali pada habitatnya didalam lingkungan kerja.
SETIAP tahunnya, akan ada ribuan orang bersaing untuk memperebutkan lapangan kerja yang tersedia di muka bumi. Setidaknya menurut statistiK tahun 2007, kurang lebih sebesar 15% penduduk Amerika berganti pekerjaan setahun sekali. Fenomena pergantian pekerjaan itu juga terjadi di negar-negara lain meskipun dengan persentase berbeda. Melihat pada fakta di atas, dipastikan bahwa tentunya tak sedikit orang yang bertanya-tanya mengenai jenis pekerjaan apa yang tepat?
Menjawab, bagaimana agar mereka dapat mencintai pekerjaan tersebut tanpa harus berganti profesi, Alexander Kjerulf, seorang expertise dalam bidang Happiness at Work, yang juga pengarang buku “Happy Hour is 9 to 5”, memaparkan beberapa tips untuk membantu para pencari kerja mendapatkan pekerjaan idamannya. Jadi, sebelum, berkutat dengan seluruh iklan lowongan pekerjaan yang terpampang di media massa, ada baiknya bagi Anda untuk membaca 8 tips Kjerulf yang dituangkan dalam blognya yang bertajuk positivesharing.com.

1. Memutuskan untuk beralih lebih awal daripada kemudian

Putuskan untuk berganti pekerjaan secepatnya, jangan menunda-nunda! Kadang-kadang orang memilih untuk bertahan di tempat yang lama sambil menunggu datangnya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Hal ini seharusnya dihindari. Ketika Anda tidak lagi nyaman dengan pekerjaan dan merasa bahwa itu bukanlah yang terbaik, saat itulah, Anda harus pergi dan mencari tempat pekerjaan baru.
Semakin lama Anda bertahan pada pekerjaan yang menurut Anda buruk, semakin banyak energi dan kepercayaan diri yang terbuang, yang seharusnya dapat Anda pergunakan untuk mencari pekerjaan baru.

2. Luangkan waktu untuk menemukan pekerjaan baru Anda

Pekerjaan yang pertama kali Anda lihat di lowongan kerja, bisa jadi adalah yang terbaik dan benar-benar Anda cari. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa itulah yang terburuk sehingga Anda pun harus melirik lowongan yang lain. Oleh karena itu, berilah waktu pada diri sendiri untuk mencari dan menyeleksi pekerjaan yang tepat. Jangan biarkan tekanan ekonomi, keluarga atau tekanan sosial mempengaruhi pilihan Anda.

3. Fokus pada apa yang Anda suka di tempat kerja, bukan pada apa yang Anda benci

Untuk dapat menyukai suatu pekerjaan, tidak bijak jika Anda hanya berfokus pada absennya hal-hal yang kita benci dalam pekerjaan tersebut. Ada baiknya jika Anda memikirkan kebaikan-kebaikan yang akan Anda dapatkan dari pekerjaan baru tersebut.
Beberapa hal dapat dilakukan untuk menumbuhkan keyakinan Anda akan adanya hal-hal baik yang akan Anda dapatkan dari suatu pekerjaan baru, misalnya :
  • Ingat kembali pada situasi tertentu, dimana saat itu Anda merasa bahagia di tempat kerja.
  • Tanyakan pada diri Anda, apa yang membuat hal tersebut terjadi?
  • Lakukan eksplorasi hal-hal apa saja yang potensif memberikan pengalaman hebat dalam pekerjaan Anda ke depannya.

4. Abaikan gaji

Kebanyakan orang berpikir bahwa semakin besar gaji yang didapatkan seseorang, maka tingkat kebahagiaannya pun lebih besar. Akan tetapi menurut studi yang dilakukan oleh Alan B. Krueger (ahli ekonomi) dan Nobel Laurete (psikolog) menyatakan bahwa orang dengan gaji di atas rata-rata memang memiliki kepuasan hidup yang tinggi, tetapi kebahagian yang lebih rendah dibandingkan orang-orang yang menikmati pekerjaan mereka dari waktu ke waktu.
Orang-orang dengan gaji tinggi tersebut cenderung tidak punya banyak waktu untuk mengisi hari-hari mereka dengan hal-hal yang menyenangkan.

5. Abaikan detail relevan lainnya

Saat mencari pekerjaan baru sebaiknya abaikan detail-detail yang tidak relevan dengan deskripsi pekerjaan. Misalnya saja, titel First Assistant manager, tunjangan mobil, status dan tekanan sosial seperti pendapat keluarga jika Anda memilih suatu pekerjaan.

6. Mintalah apa yang Anda inginkan

Tanyakan pada diri sendiri hal-hal apakah yang dapat membuat Anda menikmati sebuah pekerjaan. Katakan dengan jujur hal-hal tersebut jika ditanya dalam interview. Meskipun seandainya Anda tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut, sesungguhnya kita telah memposisikan diri untuk mendapat pekerjaan yang tepat.

7. Membuat pekerjaan yang besar

Setelah mendapatkan pekerjaan, selanjutnya Andalah yang berkuasa penuh untuk menjadikan pekerjaan tersebut menjadi luar biasa atau justru sebaliknya.

8. Buatlah diri Anda bebas untuk meninggalkan

Jika memang tidak dapat diperbaiki, yang buruk memang harus ditinggalkan. Jadi jangan ragu-ragu untuk melakukannya.
Jadi, lupakan tentang gaji, titel, status dan tunjangan. Ambilah sebuah pekerjaan berdasarkan satu pertimbangan, “Apakah pekerjaan tersebut akan membuat kita bahagia?” Dan pastikan jawabannya adalah “ya”.
Bagaimana.. Cara menjadi Wirausahawan sukses..?,
Untuk berwirausaha biasanya kesulitan pada awal memulainya. Orang menjadi sulit untuk memulai usaha karena cara berpikir. Ada yang berpikir positif dan ada yang berpikir negatif. Ciri-ciri orang berpikir negatif adalah tidak menarik, tidak laku, mutu jelek, gagal dan rugi sementara ciri-ciri orang berpikir positif adalah produk menarik, kualitas istimewa, pembeli puas, sukses dan untung.

Untuk menjadi wirausahawan muda sukses perlu menerapkan 5 D secara konsisten yakni: Dream (wirausaha sukses memiliki impian dan visi yang jelas tentang masa depan bisnisnya, tulislah impian bisnis dan ditempel pada dinding rumah), Deciveness (wirausaha sukses memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan untuk memulai usaha), Doers (mulai melakukan tidak hanya berbicara: Nato, No action, talk only), Determination (melaksanakan kegiatan bisnis dengan perhatian dan tidak mudah menyerah meski ada banyak tantangan), Dedication (wirausaha memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan dan bisnisnya).
Berikut adalah berbagai cara menjadi wirausahawan sukses yang tentunya dapat Anda jadikan sebagai inspirasi untuk menuju kesuksesan yang selama ini Anda mimpikan:
1. Awali Dengan Impian dan Imajinasi
Sebelum manusia bisa mendarat di bulan, tak pernah ada yang berfikir bahwa hal itu adalah sebuah kenyataan. Ide mendarat di bulan pada awalnya adalah sebuah mimpi indah yang tak akan pernah terwujud. Namun impian dan imajinasi itu akhirnya berubah menjadi kenyataan ketika seseorang telah membuktikannya dengan pendaratan manusia pertama kali ke bulan. Yang perlu diingat adalah segala sesuatu keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan dengan didorong oleh kerja keras untuk mewujudkannya. Jika anda mempunyai impian untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses dan punya niat untuk mewujudkannya, maka segeralah bangun dari mimpi anda. Bekerja keraslah untuk segera merubah mimpi anda itu menjadi kenyataan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, jasa ataupun ide yang bisa sukses. Mereka tidak mengenal kata tidak bisa atau tidak mampu.
2. Semangat dan Kegigihan
Antusiasme, semangat dan kegigihan adalah sebuah modal utama di dalam memulai sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan. Bila anda loyo, tidak bersemangat dan dan bermalasan, yakinlah tidak lama lagi anda akan segera mengalami kegagalan total. Carilah motivasi usaha anda itu dengan mempelajari perjuangan pengusaha-pengusaha yang sukses pendahulu anda.
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-dasar Bisnis
Tanpa adanya pengetahuan dasar-dasar bisnis hanya akan membuat usaha anda seperti sebuah kelinci percobaan. Kemungkinan besar hanya akan banyak mengalami kegagalan. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan. Yang terbaik adalah belajar sambil bekerja. Bekerja dengan orang lain dulu sebelum anda menjadi pebisnis sangat membantu anda menyerap ilmu dan pengalaman dan siap sukses.
4. Berani Mengambil Resiko
Setiap sesuatu yang kita usahakan tentu akan ada resikonya. Semakin besar hasil yang ingin dicapai, tentu kemungkinan resiko yang akan dialami apabila mengalami kegagalan juga besar. Orang yang berani mengambil resiko adalah calon orang yang sukses. Jangan takut akan kegagalan, tapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju kesuksesan.
5. Kerja Keras
Hanya dengan bekerja keraslah sebuah usaha akan mengalami kemajuan dan kesuksesan. Bohong apabila ada yang mengatakan dia meraih keberhasilan yang gemilang hanya dengan duduk beberapa saat di tempat kerja seperti yang sering dikatakan pengiklan di internet. Sebenarnya awal mula mereka merintis usahanya itu adalah dengan kerja keras tanpa mengenal putus asa dan banyak berkorban waktu dan tenaga.
Produk yang berkualitas tidaklah cukup untuk mendongkrak tingkat penjualan produk anda, banyak faktor yang menentukan dalam sukses tidaknya suatu penjualan.
Berikut akan dijelaskan tentang beberapa strategi meningkatkan penjualan produk :
Kenali produk anda. Anda adalah orang pertama yang mengetahui betul tentang produk yang anda jual. Anda harus mengetahui dengan pasti apa kelebihan dan kekurangan, fitur apa saja yang ada, apa yang bisa dikembangkan dan apa yang menjadi kendala dari produk anda. Jadi sebelum melakukan serangan gencar di promosi, kenali dulu dengan baik produk yang akan anda jual sehingga pengetahuan anda tentang produk menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.

Permudah prosedur pembelian. Buat prosedur pembelian produk yang dapat dilakukan dengan mudah, aman dan nyaman. Pelanggan jangan disulitkan dengan hal-hal teknis yang dapat menghambat proses pembelian produk. Kalau bisa buat beberapa opsi cara pembelian sehingga memberikan keleluasaan kepada pelanggan untuk membeli sesuai keinginan.
Buat promosi yang efektif. Jangan hanya gencar melakukan promosi tapi buatlah promosi yang efektif, yaitu promosi yang mengena langsung kepada sasaran pemasaran. Tentukan segmen pasar mana yang akan anda bidik kemudian tentukan alat promosi yang paling efektif untuk menembus segmen pasar yang telah anda tentukan. Tentunya sangat berbeda pendekatan segmen pasar ibu rumah tangga dengan segmen wanita karir. Jadi jangan boroskan energi anda dengan promosi yang salah sasaran, buatlah promosi yang tembus langsung ke pelanggan yang anda bidik.

Kembangkan fitur produk secara berkelanjutan. Jangan anda matikan inovasi dalam pembuatan produk, tapi tetaplah mencari fitur apa yang bisa anda terapkan dalam produk yang dapat meningkatkan fungsi dan ketangguhan produk anda. Cara yang paling mudah adalah melihat kekuatan pesaing, pelajari dan terapkan kelebihannya dalam produk yang kita miliki.

Kenali strategi pesaing. Anda tidak sendirian dalam memasuki pasar, banyak pesaing yang lebih dahulu masuk kedalam pasar yang anda bidik. Jadi kenali pesaing dengan baik dan terapkan metode terbaik yang anda punya untuk bisa meningkatkan penjualan melebihi pesaing anda.
Dengan melakukan strategi penjualan yang benar maka penjualan produk akan terjadi peningkatkan, teruslah gali strategi-straegi baru karena pasar selalu berubah dan memerlukan cara pendekatan yang berbeda.



 
Pada awal kita buka program Myob, maka akan diperlihatkan sebuah tampilan dengan beberapa pilihan yang disediakan. Untuk selanjutnya kita akan membuat file untuk perusahaan bar, langkahnya sebagai berikut :
1. Pilih Create, kemudian akan tampil gambar sebagai berikut.
introduction.jpg
2. Klik next saja, karena itu adalah informasi awal program Myob.
3. Langkah berikutnya adalah isi data perusahaan, termasuk nama Perusahaan, alamat, No. Telepon, Fax dam Email, lalu klik Next.
company.jpg
4. Langkah berikutnya adalah setting periode Akuntansi.
account-inform2
Untuk setting diatas, anda harus pastikan settingan tahun benar yaitu 2008 dan settingan bulan juga harus tepat yaitu di akhiri bulan desember pada Last month of financial (bulan akhir periode akuntansi) serta bulan Januari pada Conversion Month (bulan awal periode akuntansi). Karena kalau anda sala, makapada waktu menjurnal nantinya akan berpengaruh. Kemudian klik Next.
5. Maka akan tampil informasi yag telah di set tadi. Pada tahap ini cukup klik Next saja.
6. Pada langkah ini anda diperlihatkan 3 pilihan untuk memilih Perkiraan.
Pilihan pertama = bila menggunakan perkiraan dari program Myob
Pilihan kedua = bila ingin mengimpor perkiraan dari perusahan lain / file lain
Pilihan ketiga = bila ingin membuat sendiri perkiraan tersebut.
Anda boleh memilih apa saja, karena nantinya akan anda set juga perkiraannya, standarnya pilih saja No. 1 lalu klik Next.
7. Kemudian silahkan jenis Perusahaan anda, dan type bisnis dari perusahaan tersebut. Ini pun boleh anda abaikan, lalu klik aja Next.
8. Pada langkah ini tentukan tempat penyimpanan file anda.
change.jpg
Setelah itu, silahkan klik Next. maka tampil proses dari settingan awal file anda.
9. Kemudian pada pilihan terakhir , pilih Command Center.
10.Setelah anda klik Command Center maka akan muncul tampilan awal file anda seperti gambar dibawah ini :
pt-abc.jpg
Demikian settingan awal dalam membuat file data Myob.

Langkah – langkah-nya sebagai berikut :
  1. Entry identitas perusahaan.
  2. Buat bagan akun (chart of account) beserta saldonya.
  3. Atur kode pajak (List – Tax Codes).
  4. Atur Link-link account yang diperlukan (Banking, Purchase & Sales).
  5. Card File (supplier, costumer & Inventory) beserta saldonya.
  6. Transaksi.
  7. Laporan
Cara –cara menghapus akun-akun yang tidak terpakai :
  1. Double Klik account yang akan kita hapus.
  2. Pastikan account tersebut tidak terkait dengan link yang ada.
  3. Klik edit pada toolbar, kemudian klik delete account.
Cara memasukkan saldo awal :
  1. Klik set-up pada toolbar.
  2. Klik balance
  3. Account opening balance (neraca saldo), supplier balance (saldo hutang) & costumer Balance (saldo piutang)
Saldo awal persediaan barang dagang (inventory)
  1. Klik jendela inventory pada command centre
  2. klik adjust inventory
  3. masukkan kuantitas dan harga per-unit-nya.
Transaksi :
  1. Pengeluaran kas :
  1. setiap transaksi pengeluaran kas diluar dari pembayaran faktur atas hutang dagang, dilakukan melalui jendela Banking – Spend Money.
  2. Transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran faktur / hutang dagang melalui jendela Purchase – Pay Bill.
  1. Penerimaan Kas :
  1. setiap transaksi penerimaan kas diluar dari penerimaan faktur atas piutang dagang, dilakukan melalui jendela Banking – Receive Money.
  2. Transaksi penerimaan kas untuk penerimaan faktur / piutang dagang melalui jendela Sales – Receive Payment.
  1. Penjualan :
Seluruh transaksi penjualan (tunai/kredit) dilakukan melalui jendela Sales – Enter Sales, yang membedakan hanyalah pada “applied today”. Jika penjualan/penerimaan secara tunai; maka applied today-nya harus diisi, namun jika penjualan/penerimaan secara kredit; maka applied today-nya dikosongkan.
  1. Pembelian :
Seluruh transaksi pembelian (tunai/kredit) dilakukan melalui jendela Purchase – Enter Purchase, yang membedakan hanyalah pada “applied today”. Jika pembelian secara tunai; maka applied today-nya harus diisi, namun jika pembelian secara kredit; maka applied today-nya dikosongkan.
  1. Transaksi lain :
Untuk transaksi lain-nya seperti voucher kas kecil dan penyesuaian melalui jurnal umum, dengan cara klik jendela account – Record Journal entry.
Laporan :
untuk melihat hasil kerja yang telah kita lakukan, klik report kemudian pilih laporan yang ingin kita ketahui (segala laporan telah disediakan daftarnya oleh software ini) kemudian klik display; laporan akan dimunculkan sesuai dengan tanggal yang kita minta.
Seperti kita ketahui bahwa pada umumnya kategori umum laporan keuangan memuat hal-hal sebagai berikut :
A. Surat ceo
B. Laporan keuangan yang terdiri dari :
-         neraca
-         laporan laba rugi
-         laporan aliran kas
-         laporan perubahan posisi keuangan
-         laporan modal pemegang saham
D. Catatan kaki penjelasan dan analisis (kekuatan dan kelemahan jika ada)
E. Laporan oleh audit independen
Dalam membaca laporan keuangan , hal-hal perlu memperoleh perhatian adalah :
  1. Jika terdapat laporan lebih dari dua paragraf standar mengenai proses audit dan tes kecocokan serta konsistensi dengan prinsip-pinsip akuntansi umum yang dapat diterima
  2. Jika auditor menekankan hal-hal yang juga terdapat pada bagian lain laporan, curigalah bahwa mungkin terjadi hal-hal yang tidak semestinya
  3. Laporan audit seharusnya singkat dan lengkap
Catatan kaki
Catatan kaki harus diperiksa untuk melihat apakah perusahaan telah mengubah prinsip atau metode akuntasi. Seandainya perusahaan mengubah metedo akuntansinya, mungkin mereka sedang menyajikan angka-angka yang terbaik. Kemudian cari tahu alasan perubahan tersebut. Yaitu sbg :
A. Apakah periode penyusutan lebih dari seharusnya, atau karena aktiva yang tidak dipakai sehingga memiliki umur yang lebih lama.
B. Jika penjualan tidak berkembang sebagaimaa yang ditargetkan, perlu dijelaskan di catatan kaki
C. Pendapatan meningkat karena adanya keberuntungan da manajemen ingin menimpan sebagai hasil untuk masa-masa damana penjualan sedang menurun atau melonggarkan pembayaran pajak
D. Apakah penjualan menurun karena adanya perubahan dalam akuntasi dan bukan karena penjulalan
Laporan keuangan.
Dalam membandingka rasio dari seluruh tahun yang dilaporkan, berikan perhatian khusu untuk piutang da sedian. Jika laporan tidak menyebutkan rasionya, anda harus melakukan sendiri
Hal hal yang perlu menjadi perhatian :
A.    Periksa apakah piutang dan sedian meningkat secara lebih cepat dibadingakan penjualan atau sebaliknya
B.    Periksa apakah ini berarti perusahaan sedang berusaha  meningkatkan atau menjaga penjualan dengan kebijakan kredit yang kurang baik
C.     Periksa apakah perusahaan tetap mengopresikan pabrik pada tingkat tinggi tnpa adanya penjualan
D.    Apakah produksi tersebut dimaksudkan untuk sedian di saat penjualan sedang tinggi.
E.     Periksa rasio lancar dan lihat apakah perusahaan membayar tepat waktu dan memiliki kebijkan penagihan piutang yang baik
F.     Periksa apakah utang jangka panjang meluas, hal ini berarti umumny baik, namun jika penjualan menurun, hal tersebut mungkin tidak terlalu baik.
G.    Lihat nilai aktiva kemudia bandingkan dengan perusahaan sejenis apakah perusahaan menaksi terlalu tinggi, apakah ada penjelsanan, menaksir terlalu tinggi.
Kemudian , perlu dicari apakah ada perbedaan dengan cara membandingkan antara laporan keuangan yang ada :
  1. Periksa dan perhatikan aliran kas menurut waktunta dan apa saja yang sudah dilakukan dengan kas tersebut.
  2. Periksa apakah uang diinvestasikan lagi, digunakan untuk membayar deviden, membayar uatang yang jumlahnya besar
  3. Periksa  apakah penjualan meningkat, tetap atau turun. Penjualan menurun menunjukan kemungkinan ada masalah. Penjualan harus bisa mengikuti inflasi, penjulan juga dapat menurun karena alasan pemilik, misalnya sebagaian perusahaan dijual.
  4. Periksa laba per lembar saham. Persepsi bisa salah jika sebagian perusahaan dijual, terjadi penurunan promosi, penelitian dan pengembangan, penundaan terhadap  beberapa pengeluaran yang mengakibatkan pendapatan meningkat.

Surat CEO

Periksa surat CEO atau presiden direktur. Karena surat ini memberikan petunjuk mengenai jalannya perusahaan. Isi surat itu harus sejalan dengan apa yang telah anda temukan seperti berikut :
A.    Perhatikan kata-kata lemah dalam surat ini seperti : kami sedang berusaha melakukan, terus bergerak maju, hampir selesai, dianggap demikian serta kecuali untuk, dan seterusnya
B.    Waspadai juga kata-kata terkesan seperti permohonan maaf atau yang lebih banyak dibumbui ketimbang kata-kata tindakan saat menganalisis perubhan dalam penjualan, utang atau laba.
C.     Surat tersebut harusa memberi penjelasan yang mudah dipahami mengenai apa yang sedang terjadi, perusahaan sedang menuju kemana, bagaimana cara mencapainya dan mengapa. Surat yang baik akan  melporkan sebagaimana aslinya dan lengkap (lebih dari 15 halaman)
D.    Periksan laporanan tahunan ctatan kaki, apakah penyusutan dihitung dengan metode garis lurus  untuk laporan trahunan namun metode dipercpat untuk laporan pajak.
E.     Selain itu, sedian umumnya dilaporkan dalam laporan tahunan dengan sedian rata-rata, namun dalam formulir pajak dengan lifo atau fifo, ini cara yang legal untuk menghindari pajak

Penjelasan dan analisis
Langkah selanjutnya adalah periksa penjelasan dan analisis yang disediakan dalam laporan keuagan. Hal hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
A.    Memperhatikan apakah saham telah dijual dan  digunakan, apakah untuk meluaskan pabrik atau meningkatkan penjualan, ataukan untuk membayar utang. Jika memungkinkan, lihat seberapa banyak saham yang merupakan milik karyawan atau dewan pengurus, apakah mereka membeli atau menjual.
B.    Periksa kualifikasi manajemen puncaik, jika tersedia, lihat masalah-masalah hukum, apakah tel;ah terselesaikan, dengan siapa masalah terjadi, kantor pajak, kreditor, pelanggan atau badan pengendali lingkungan, perhatikan berapa lama masalah tersebut  terjadi.
Bicara prosedur audit sudah pasti scope-nya sangat luas dan kompleks, tak akan cukup di tulis di media online. Tetapi secara garis besar, prosedur audit hanya terdiri dari 7 (tujuh) langkah saja. Di ruang terbatas ini saya akan perkenalkan prosedur dasar audit selangkah-demi-selangkah. Karena audit, saat ini, juga banyak dipakai di wilayah lain (termasuk di IT), maka judul tulisan ini menjadi: Prosedur Dasar Audit Akuntansi Keuangan (selangkah-demi-selangkah.)
Yang namanya perkenalan, sudah pasti tidak akan mendalam dan detail. Semata-mata hanya untuk pengenalan awal. Sedangkan detailnya, saya akan bahas di JAK secara bertahap. Idealnya, termasuk insights (tips and trick) dalam menjalankan proses audit yang sesungguhnya di lapangan.
Saya termasuk junior dan baru kemarin sore, masih ada banyak auditor kawakan di luar sana yang sudah kenyang makan asam-gram-nya auditing. Sebenarnya, sayapun ingin menimba pengetahuan dari mereka, sayang saya belum pernah menemukan media/blog yang khusus membahas tips-trick auditing yang sungguh-sungguh didedikasikan untuk membantu junior seperti saya.
Entah karena tidak ada yang memfasilitasi, atau karena para auditor tidak punya cukup waktu (yang ini saya ragu; banyak auditor yg sempat ngeblog soal gossip artis, politik, rajin update status di FB, nge-tweet di Twitter, dll). Atau karena pelit—takut ilmunya habis tercuri? Hahaha.. Mudah-mudahan tidak. Setahu saya ilmu tak akan habis hanya karena dibagi.
Entahlah. Yang jelas, setiap orang punya preference, dan saya menghomati itu. So, we will see what we can do :) Mudah-mudahan ada diantara senior yang sempat membaca JAK dan berkenan ikut sharing pengalaman mereka di sini (setidaknya via ruang komentar).
Kembali ke topic utama; prosedur dasar audit (selangkah-demi-selangkah). Sebelum itu, mengapa laporan keuangan perlu diaudit?

Mengapa Laporan Keuangan Perlu Diaudit?

Secara umum, laporan keuangan perlu diaudit supaya informasi keuangan yang disajikan di dalam laporan keuangan bersifat adil (fair) bagi semua pihak yang berkepentingan (manajemen, pemegang saham, pemerintah, dan kreditur). Kata ‘fair’ dalam hal ini maksudnya: akurat dan tidak bias (tidak disalah-interpretasikan), bapak/ibu dosen di kampus mungkin menggunakan istilah “tidak menyesatkan”.
Apa ukuran “akurat” dan “tidak bias” dalam hal ini?
  • Akurat – Nilai nominal (angka rupiah/dollar/dll) yang tercantum dalam catatan transaksi sesui dengan bukti transaksi, dan perhitungan-perhitungan matematis sudah benar.
  • Tidak bias – perlakuan akuntansi (pengukuran, pengakuan, penyajian laporan), termasuk metode/pendekatan/prinsip/asumsi/constraint, yang digunakan dalam proses akuntansi yang diterapkan, telah sesuai dengan PSAK.
Siapa yang memastikan laporan keuangan telah akurat dan tidak bias? Auditor independent. Mengapa auditor independent? Karena, IDEALNYA:
  • Auditor independent, melalui pelatihan khusus auditing, dianggap memiliki kompetensi yang cukup untuk melakukan tugas tersebut.
  • Auditor independent, dianggap mampu bersikap dan memberi pendapat yang tidak memihak (bahasa kerennya “obyektif”) mengenai isi laporan keuangan.
Sungguhkah auditor independent memiliki kompetensi yang cukup untuk menjalankan tugasnya? Yup, secara teori dan konsep, meskipun tingkat kemampuan masing-masing auditor tidak sama.
Sungguhkah auditor independent mampu bersikap obyektif dalam bersikap dan memberi pendapat mengenai laporan keuangan yang diperiksa?

Apakah Opini Auditor Independent Benar-Benar Obyektif?

Khusus mengenai “obyektifitas” opini auditor independent, saya pernah di-check-mate oleh senior admin-nya JAK. Dia mengatakan:
Cerita darimana pendapat auditor independent obyektif? Yang namanya pendapat (opinion)—tentang apapun dan oleh siapapun, kan dikemukakan oleh subyek, ya sudah pasti mengandung unsur subyektifitas, dengan kadar yang mungkin berbeda-beda. Termasuk opini yang dikeluarkan oleh auditor, meskipun diberi embel-embel independent”.
Saya cuma bisa nyengir. Jika dipikir-pikir, argument yang dikemukakan kawan admin itu ada benarnya. Tapi, kantaran penasaran maka saya nekat memberi bantahan dengan mengatakan:
Buktinya kita (auditor independent) dipakai, artinya kan pengguna jasa percaya bahwa kita memang obyektif”.
Betul”, kawan admin senior menjawab lagi. “Dasar pertimbangan mengapa shareholders dan klien lainnya menggunakan auditor bukan karena mereka percaya auditor bisa obyektif seratus-persen, tapi karena mereka percaya auditor MASIH lebih obyektif jika dibandingkan dengan yang pembuat assersi (pembuat assersi = manjemen yang membuat laporan keuangan).”
Kepalang basah saya pikir. Saya belum mau menyerah, saya katakan, “Bukan hanya shareholders, Ditjen Pajak (DJP) pun percaya dengan hasil audit kita lho
Kawan admin itu ‘menyergap’ saya dengan pertanyaan, “Memangnya DJP tidak akan melakukan pemeriksaan (kepatuhan) terhadap laporan keuangan yang sudah diaudit oleh auditor independent? Setahuku tetap diperiksa—meskipun tidak seketika saat setor SPT.”
Melihat saya masih agak lama mikir, dia melanjutkan:
Gini aja deh. Mengapa hasil audit yang disampikan oleh auditor independent tidak disebut SURAT KEPUTUSAN atau KETETAPAN atau setidak-tidaknya PERNYATAAN, tetapi malah disebut OPINI?
Saya masih belum sempat menjawab dia sudah melanjutkan lagi:
Karena hasil audit tidak bersifat mengikat. Tidak bersifat mengikat karena auditor, ikatan akuntan, pembuat standard dan publik di lingkungan bisnis secara keseluruhan, menyadari akan adanya unsur relativitas dan uncertainties (ketidakpastian) di dalamnya. Sehingga, batasan OBYEKTIF dalam konteks ini hanya sebatas konvensi dan kesepakatan umum.”
Debat dengan senior yang satu itu memang repot. Ilmunya dia terlalu kompleks. Dan, pemikiran-pemikirannya tidak pernah linear, selalu lateral (berdimensi). Itu salah satu alasan yang membuat saya selalu betah ngobrol berlama-lama dengan dia. Lumayan untuk menambah cakrawala berpikir.
Pertanyaan selanjutnya: bagaimana seorang auditor menjalankan proses audit?

Langkah-Langkah Dalam Proses Audit

Seperti sudah saya kemukakan di awal tulisan, seorang auditor menjalankan proses audit melalui 7 (tujuh) tahapan atau langkah. Yaitu:
  • Langkah-1: Membuat Perencana Audit (Audit Planning)
  • Langkah-2: Mengumpulkan dan Mengevaluasi Informasi Sehubungan dengan Auditee dan Lingkungannya
  • Langkah-3: Memeriksa Risiko Salah-Saji Yang Bersifat Material
  • Langkah-4: Merancang Respon Audit dan Prosedur Audit Lanjutan
  • Langkah-5: Menjalankan Audit Lanjutan
  • Langkah-6: Mengkaji Dan Memeriksa Kembali Hasil (Temuan) Audit
  • Langkah-7: Mengkomunikasikan Hasil (Temuan) Audit
Selanjutnya kita bahas masing-masing langkah tersebut satu-per-satu.

Langkah-1: Membuat Perencanaan Audit (Audit Planning)

Perencanaan audit yang dikenal dengan istilah “audit planning” dimulai dengan mempelajari permintaan (‘pesanan’) dari klien. Berdasarka permintaan ini, auditor membuat rencana kerja audit.
Tingkat kepadatan aktivitas dan waktu yang dibutuhkan dalam fase ini, bervariasi—tergantung apakah auditee (perusahaan yang akan diaudit) baru pertamakalinya ditangani atau sudah kesekian kalinya; perusahaan auditee baru biasanya membutuhkan perencanaan yang lebih banyak, sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Dalam penyusunan rencana audit, ada beberapa faktor yang penting untuk dipertimbangkan oleh auditor, diantaranya:
1. Ekonomi – Secara teori, ada berbagai faktor ekonomi (lokal, nasional, dan internasional), terutama yang dianggap mempengaruhi situasi bidang usaha perusahaan auditee, yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan rencana audit. Namun dalam prakteknya sangat jarang dilakukan—kecuali untuk situasi yang sangat menghebohkan.
2. Bidang Usaha Perusahaan Auditee – Misalnya: bidang usaha perusahaan auditee adalah kontraktor, maka situasi umum bidang usaha perkontraktoran perlu menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana audit. Khusus faktor ini, auditor biasanya menggunakan pengalamannya di perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.
3. Aktivitas Bisnis Perusahaan Auditee – Untuk perusahaan auditee baru, ini membutuhkan waktu yang relative lebih lama (dengan tingkat kepadatan aktivitas yang lebih tinggi) jika dibandingkan dengan perusahaan yang sudah pernah diaudit sebelumnya. Pemahaman mengenai aktivitas bisnis perusahaan auditee (khususnya auditee baru) diperoleh melalui berbagai aktivitas, antara lain:
  • Melakukan komunikasi (minta keterangan) dengan auditor sebelumnya, yang dikenal dengan istilah “predecessor auditor”; mengunjungi lokasi perusahaan (terutama dimana fasilitas dan aktivitas utama perusahaan berada);
  • Mempelajari laporan keuangan periode sebelumnya (sebelum dan setelah diaudit) dan laporan interim periode berjalan;
  • Mempelajari laporan auditor sebelumnya (jika sudah pernah diaudit);
  • Mempelajari laporan keuangan fiskal (termasuk SPT) periode sebelumnya;
  • Mempelajari laporan hasil audit pajak (jika sudah pernah diaudit); dan
  • Mempelajari laporan pajak bulanan jika ada.
Selain ketiga faktor utama di atas, auditor juga perlu meminta informasi (keterangan) dari manajemen perusahaan auditee guna memperoleh input yang lebih lengkap. Untuk auditee yang yang sudah pernah ditangani sebelumnya (sudah termasuk pelanggan), auditor biasanya hanya perlu berkomunikasi dengan pihak manajemen, kalau-kalau ada perubahan signifikan sehubungan dengan aktivitas bisnis auditee (misalnya: perubahan kepemilikan, manajemen, wilayah opersi yang diperluas, pengembangan produk baru, penggunaan sumber pembiayaan yang baru, dlsb). Pihak manajemen perusahaan biasanya diwakili oleh “komite audit” perusahaan auditee—yang terdiri dari dewan direksi, eksekutif, dan internal auditor.
Dengan berbagai informasi yang telah dihimpun dan dipelajari, auditor bisa membuat perencanaan audit yang lebih konkret untuk:
  • Meminta surat penugasan (engagement letter) dari klien
  • Menyusun team audit (auditor dan assistant) yang akan ditugaskan (menyangkut jumlah dan kompetensi/level auditor, biasanya managing partner langsung menunjuk nama)
  • Jadwal kerja audit (menyangkut waktu, lokasi, dan obyek yang akan diaudit dan siapa yang akan melaksanakan). Kecuali audit investigasi, ini biasanya disesuaikan dengan kebijakan operasional perusahaan, agar tidak menimbulkan polemic yang tidak perlu selama proses audit nantinya.
  • Budget audit (menyangkut total waktu dan perencanaan biaya yang diperlukan untuk melaksankan keseluruhan kegiatan audit).
Secara keseluruhan, bisa dibilang: disamping penentuan jadwal kerja, esensi audit planning adalah menentukan (dan penyusunan) strategy audit, yang akan diterapkan agar tujuan audit tercapai.

Langkah-2: Mengumpulkan dan Mengevaluasi Informasi Sehubungan dengan Auditee dan Lingkungannya

Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi sehubungan dengan Auditee dan lingkungannya adalah aktivitas penting yang harus dilakukan oleh auditor untuk:
  • Mapping awal, sebelum melakukan pemeriksaan terhadap risiko salah-saji dalam laporan keuangan perusahaan auditee.
  • Merancang alur, waktu dan prosedur audit lebih lanjut
  • Membuat penilaian (judgment) awal, mengenai: materialitas, kesesuaian laporan keuangan auditee dengan prinsip-prinsip akuntansi, dan identifikasi awal mengenai wilayah yang memerlukan perlakuan audit khusus.
Fase kedua ini, diidentikan dengan apa yang disebut “Risk Assessment”—yang esensinya tiada lain adalah pemetaan kemungkinan adanya kesalahan dan penyimpangan (dalam obyek audit) lebih dini—sebelum risk assessment sesungguhnya dilakukan (di langkah berikutnya). Prosedur risk assessment di tahapan ini biasanya dilakukan dengan berbagai macam aktivitas, antara lain: meminta susunan kepemilikan perusahaan, susunan manajemen dan strukur organisasi secara keseluruhan, melakukan observasi dan inspeksi.
Melalui risk assessment procedure ini, auditor juga berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sehubungan dengan: alur operasi perusahaan, kepemilikan, hubungannya dengan pemerintah, hubungan-hubungan istimewa dengan pihak tertentu, metode pembiayaan (debt/equity) jangka pendek dan panjang, misi dan visi perusahaan, strategi dan manajemen risiko yang diterapkan—yang menjadi dasar pijakan pihak manajemen perusahaan auditee dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dan penyusunan sistim pengendalian internalnya.
Dengan melakuan itu semua, auditor bisa memperoleh gambaran awal mengenai asersi ( terdiri dari: saldo akun, kelompok transaksi dan disclosure) yang kemungkinan besar mengandungrisiko-salah-saji’ (material misstatement risk) tinggi.
ASPEK UTAMA, yang wajib masuk dalam petimbangan di tahap ini adalah aspek SISTIM PENGENDALIAN INTERN (Internal control) yang diterapkan di dalam perusahaan auditee.
Tentu. Tidak semua unsur dan aspek pengendalian internal control perusahaan auditee relevan dengan tujuan audit yang dilaksanakan. Pengendalian intern yang dianggap relevan oleh auditor adalah yang diperkirakan berpengaruh terhadap mampu-atau-tidaknya perusahaan auditee untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK.
Seperti diuangkapkan dalam COSO Framework, pengendalian intern (internal control) didefinisikan sebagai suatu proses (yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan pegawai perusahaan) untuk memberikan jaminan akan terwujudunya:
  • Pelaporan keuangan yang handal (reliability of financial reporting);
  • Keefektifan dan efisisensi operasional perusahaan (effectiveness and efficiency of operations); dan
  • Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (compliance with applicable laws and regulations)
Dalam konteks audit, pengendalian intern terdiri dari 5 komponen, yang saling berubungan satu dengan lainnya, antra lain:
  • Lingkungan pengendalian
  • Pemeriksaan risiko
  • Aktivitas pengendalian
  • Informasi dan komunikasi
  • Pengawasan (monitoring)
Note: lebih detailnya, silahkan baca COSO Framework, yang baru-baru ini (per 2012) mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Karena begitu pentingnya aspek pengendalian intern, dalam proses audit, maka auditor diwajibkan untuk memperoleh pemahaman yang cukup mengenai setiap penerapan kompenen internal control tersebut, di dalam perusahaan auditee, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemeriksaan risiko salah-saji dan penyusunan strategi audit lanjutan.
Seperti telah disampikan di atas, untuk pemahaman yang cukup mengenai hal ini, auditor tidak saja meminta “dokumen prosedur dan kebijakan”—yang biasanya mencerminkan sistim pengendalian intern perusahaan auditee, tetapi juga melakukan pengamatan (observasi) dan inspeksi di lapangan untuk melihat apakah prosedur dan kebijakan perusahaan telah dilaksanakan dengan benar dan konsisten. Dalam prose ini, auditor selalu melakukan koordinasi dan komunikasi yang diperlukan dengan pigak internal auditor perusahaan.
Hal terakhir yang dilakukan oleh auditor, dalam fase ini, adalah mengasimilasikan dan mensitesiskan pemahaman semua informasi yang mungkin mempengaruhi proses audit secara keseluruhan—terutama sekali terkait dengan wilayah-wilayah yang dianggap mengandung risiko salah saji yang bersifat metrial.

Langkah-3: Memeriksa Risiko Salah-Saji Yang Bersifat Material (Risks of Material Misstatement)

Laporan keuangan (perusahaan auditee) terdiri dari rangkaian asersi (pernyataan) manajemen sehubungan dengan laba-rugi dan posisi keuangan perusahaan, yang presentasikan dalam bentuk transaksi, saldo akun dan diskolsur.
Menggunakan pemahaman yang di peroleh di langkah pertama dan kedua, auditor melakukan pemeriksaan risiko salah-saji yang bersifat material, baik dalam tingkat asersi yang relevan maupun dalam tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
Risiko salah saji yang bersifat material digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
  • Inherent Risk – Risiko salah-saji yang bersifat inherent alias tidak ada hubungannya dengan pengendalian internal; dan
  • Control Risk – Risiko yang ada hubungannya dengan efektifitas fungsi internal control (dalam hal ini, sistim pengendalian internal perusahaan auditee dianggap mengalami gagal fungsi atau minimal kurang efektif).
Untuk memastikan apakah risiko salah-saji besifat material memang ada atau tidak, konkretnya, auditor melakukan pemeriksaan terhadap: transaksi, saldo akun dan disklosur, yang dalam langkah-2 sebelumnya diperkirakan mengandung risiko salah saji yang tinggi. Untuk masing-masing asersi (transaksi, saldo akun dan disklosur), auditor mencari tahu:
  • Apa yang salah (atau tidak sesuai) di sini?
  • Bagaimana kesalahan (atau ketidaksesuaian) itu terjadi?
  • Berapa nominal/rupiah yang terlibat dalam salahan (ketidaksesuaian) itu?
Untuk setiap kesalahan (atau ketidaksesuaian) yang ditemukan—terutama yang bersifat material, seorang auditor biasanya berdiskusi dengan anggota team audit lainnya untuk mengetahui apakah anggota team lainnya menemukan kesalahan (ketidaksesuaian) yang sejenis (dengan pola/modus sejenis juga) atau tidak.
Jika iya, maka auditor biasanya mulai mencurigai adanya unsur kesengajaan di dalamnya, yang bisa saja mengarah ke tindakan fraud. Bila diperlukan (dan diminta oleh klien), maka team auditor bisa meminta bantuan team auditor khusus (yang memiliki komepetensi dan sertifikasi khusus) untuk melakukan investigasi fraud, yang biasanya dilakukan oleh Fraud Examiner (yang bertitel Certified Fraud Examiner = CFE).
Proses lain yang tak kalah pentingnya, dalam fase ini, adalah melakukan identifikasi terhadap apa yang disebut dengan “Significant Risk”, yaitu: risiko yang membutuhkan prosedur audit khusus.
Misalnya: Auditor sedang melakukan audit terhadap perusahaan kontraktor. Dalam perusahaan kontraktor, wilayah pengakuan pendapatan-dan-biaya cenderung mengandung risiko salah-saji yang tinggi. Dalam kondisi demikian, auditor bisa memutuskan bahwa wilayah pengakuan pendapatan-dan-biaya membutuhkan prosedur audit khusus.
Prosedur audit khusus yang dimaksudkan di sini yaitu,  auditor perlu:
  • Melakukan evaluasi terhadap rancangan sistim pengendalian yang mestinya bisa mencegah risiko tersebut (sering disebut “control test” saja); dan
  • Melakukan prosedur substantive (sering disebut “substantive test” saja), yang memiliki tautan jelas dengan risiko yang dimaksud.
(Catatan: kita akan bahas ini di fase berikutnya, langkah-4).
Sayang, ruang ini tidak cukup untuk menampung semua langkah yang diperlukan dalam audit. Terpaksa harus saya penggal sampai di sini dahulu. Di Bagian kedua (segera) akan saya bahas mengenai langkah berikutnya, yaitu:
  • Langkah-4: Merancang Respon Audit dan Prosedur Audit Lanjutan
  • Langkah-5: Menjalankan Posedur Audit Lanjutan
  • Langkah-6: Mengkaji Dan Memeriksa Kembali Hasil (Temuan) Audit
  • Langkah-7: Mengkomunikasikan Hasil (Temuan) Audit
Di bagian-2 nanti, saya akan lanjutkan sedikit mengenai significant risk, termasuk aspek lain yang mungkin membuat timbulnya significant risk, apa yang harus dilakukan oleh auditor dalam merespon hasil pemeriksaan risiko salah-saji yang bersifat material, bagaimana menjalankan prosedur audit lanjutan, mengevaluasi dan memeriksa kembali hasil audit, dan mengkomunikasikan hasil temuan audit. Untuk sementara, bersabar dahulu. Sampai bertemu di bagian kedua dari seri pengenalan prosedur audit ini.
Mr. JAK

Senin, 16 Juni 2014

"But" redirects here. For other uses, see BUT.
Not to be confused with conjugation (grammar).
In grammar, a conjunction (abbreviated CONJ or CNJ) is a part of speech that connects words, sentences, phrases or clauses. A discourse connective is a conjunction joining sentences. This definition may overlap with that of other parts of speech, so what constitutes a "conjunction" must be defined for each language. In general, a conjunction is an invariable grammatical particle, and it may or may not stand between the items it conjoins.
The definition may also be extended to idiomatic phrases that behave as a unit with the same function, eg "as well as", "provided that".
Many students are taught that certain conjunctions (such as "and", "but", "because", and "so") should not begin sentences. But authorities such as the Chicago Manual of Style state that this teaching has "no historical or grammatical foundation".[1]
A simple literary example of a conjunction: "the truth of nature, and the power of giving interest" (Samuel Taylor Coleridge's Biographia Literaria)[2]

Coordinating conjunctions

Coordinating conjunctions, also called coordinators, are conjunctions that join, or coordinate, two or more items (such as words, main clauses, or sentences) of equal syntactic importance. In English, the mnemonic acronym FANBOYS can be used to remember the coordinators for, and, nor, but, or, yet, and so.[3] These are not the only coordinating conjunctions; various others are used, including[4]:ch. 9[5]:p. 171 "and nor" (British), "but nor" (British), "or nor" (British), "neither" ("They don't gamble; neither do they smoke"), "no more" ("They don't gamble; no more do they smoke"), and "only" ("I would go, only I don't have time").
Here are some examples of coordinating conjunctions in English and what they do:
and 
presents non-contrasting item(s) or idea(s) ("They gamble and they smoke.")
nor 
presents a non-contrasting negative idea ("They do not gamble, nor do they smoke.")
but 
presents a contrast or exception ("They gamble, but they don't smoke.")
or 
presents an alternative item or idea ("Every day they gamble or they smoke.")
yet 
presents a contrast or exception ("They gamble, yet they don't smoke.")
so 
presents a consequence ("He gambled well last night so he smoked a cigar to celebrate.")

Correlative conjunctions

'Correlative' conjunctions work in pairs to join words and groups of words of equal weight in a sentence. There are six different pairs of correlative conjunctions:
  1. either...or
  2. not only...but (also)
  3. neither...nor
  4. both...and
  5. whether...or
  6. just as...so
Examples:
  • You either do your work or prepare for a trip to the office.
  • Not only is he handsome, but he is also brilliant.
  • Neither the basketball team nor the football team is doing well.
  • Both the cross country team and the swimming team are doing well.
  • Whether you stay or you go, it's your decision.
  • Just as many Americans love basketball, so many Canadians love ice hockey.

Subordinating conjunctions

Subordinating conjunctions, also called subordinators, are conjunctions that join an independent clause and a dependent clause, and also introduce adverb clauses. The most common subordinating conjunctions in the English language include after, although, as, as far as, as if, as long as, as soon as, as though, because, before, "even if", even though", "every time" if, in order that, since, so, so that, than, though, unless, until, when, whenever, where, whereas, wherever, and while.
Complementizers can be considered to be special subordinating conjunctions that introduce complement clauses: e.g. "I wonder whether he'll be late. I hope that he'll be on time". Some subordinating conjunctions (until and while), when used to introduce a phrase instead of a full clause, become prepositions with identical meanings.
The subordinating conjunction performs two important functions within a sentence: illustrating the importance of the independent clause and providing a transition between two ideas in the same sentence by indicating a time, place, or cause and thus effecting the relationship between the clauses.[6]
In many verb-final languages, subordinate clauses must precede the main clause on which they depend. The equivalents to the subordinating conjunctions of non-verb-final languages such as English are either
Such languages often lack conjunctions as a part of speech, because:
  1. the form of the verb used is formally nominalised and cannot occur in an independent clause
  2. the clause-final conjunction or suffix attached to the verb is a marker of case and is also used in nouns to indicate certain functions. In this sense, the subordinate clauses of these languages have much in common with postpositional phrases.
In other West Germanic languages like German and Dutch, the word order after a subordinating conjunction is different from that in an independent clause, e.g. in Dutch want ("for") is coordinating, but omdat ("because") is subordinating. The clause after the coordinating conjunction has normal word order, but the clause after the subordinating conjunction has verb-final word order. Compare:
Hij gaat naar huis, want hij is ziek. ("He goes home, for he is ill.")
Hij gaat naar huis, omdat hij ziek is. ("He goes home, because he is ill.")
Similarly, in German, "denn" (for) is coordinating, but "weil" (because) is subordinating:
Er geht nach Hause, denn er ist krank. ("He goes home, for he is ill.")
Er geht nach Hause, weil er krank ist. ("He goes home, because he is ill.")

See also

References

  1. University of Chicago (2010). The Chicago Manual of Style (16th ed.). Chicago: Univ. of Chicago Press. p. 257. ISBN 978-0-226-10420-1.
  2. Greenblatt, Stephen (2006). The Norton Anthology of British Literature, 8th Ed. Vol. D. New York: Norton. p. 478.
  3. Paul; Adams, Michael (2009). How English Works: A Linguistic Introduction (2nd ed.). New York: Pearson Longman. p. 152. ISBN 978-0-205-60550-7.
  4. Algeo, John (2006). British or American English? A Handbook of Word and Grammar Patterns. Cambridge Univ. Press.
  5. Burchfield, R. W., ed. (1996). Fowler's Modern English Usage (3rd ed.).
  6. http://www.gingersoftware.com/content/grammar-rules/conjunctions/subordinating-conjunctions/
  7. Dryer, Matthew S. (2005). "Order of adverbial subordinator and clause". In Haspelmath, Martin; Dryer, Matthew S.; Gil, David; Comrie, Bernard. The World Atlas of Language Structures. Oxford University Press. ISBN 0-199-25591-1.

External links